Penelitian Tesis: Sebuah Otokrotik untuk Dosen dan Mahasiswa

Gambar 1. Sebuah obrolan di aplikasi WA

Tulisan ini muncul karena dipicu oleh obrolan singkat seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Tapi, obrolan itu hanya titik kulminasi saja. Sejatinya, banyak kejadian yang kemudian terakumulasi dan meledak dengan obrolan tersebut.

Saya termasuk sedikit orang yang tidak terlalu suka dengan pelatihan penulisan artikel ilmiah di jurnal bereputasi, pelatihan yang sedang marak diadakan belakangan ini. Bahkan beberapa diantaranya menghadirkan kolega saya sebagai narasumbernya. Ketidaksukaan saya muncul karena asumsi bahwa artikel ilmiah yang ditargetkan terbit di jurnal bereputasi tersebut adalah hasil dari kegiatan penelitian yang harusnya juga “bereputasi”. Tanda kutip saya berikan karena saya tidak tahu klasifikasi kegiatan penelitian berdasarkan tingkat reputasinya. Seperti ungkapan “lelaki yang baik untuk wanita yang baik”, demikian juga dengan “artikel yang baik untuk jurnal yang baik”. Dan artikel yang baik tidak hanya dilihat dari cara menyajikannya, tetapi juga isinya. Dan isi yang baik tentu lahir dari proses yang baik pula. Sayangnya, masih banyak saya menyaksikan kegiatan “penelitian” yang dilakukan tidak dengan cara yang baik. Jika isinya tidak baik, maka akan sangat sulit (untuk tidak mengatakan mustahil) artikel hasil penelitian tersebut terbit di jurnal bereputasi. Guru saya pernah mengatakan yang kira-kira seperti ini. “Berapapun banyaknya telur yang diberikan, hasilnya tetap martabak”. Berapapun banyaknya mengikuti pelatihan penulisan artikel ilmiah di jurnal bereputasi, hasilnya gak terbit-terbit.